Nasib Klub setelah Bantuan APBD Dihentikan
PSIS Siap, Persis Akan Dijual, Persijap Tak Pasti
SM/Muhammadun Sanomae DI DEPAN SUPORTER: Dalam tatapan ribuan pasang mata suporter, penyerang Persijap M Fakhrudin beraksi membela timnya pada pertandingan liga di Stadion Kamal Djunaidi, Jepara. Musim depan, nasib Persijap belum jelas. (40) | |
BERUNTUNGLAH Persijap Jepara. Ketika dua saudaranya, PSIS dan Persis pusing karena kehabisan dana, Laskar Kalinyamat bisa tetap tenang. Ini tidak lepas dari dikabulkannya permohonan tambahan dana mereka ke APBD Perubahan senilai Rp 3,5 miliar pada awal Oktober lalu. Tambahan dana itu membuat total modal yang mereka miliki mencapai Rp 13,1 miliar, karena pada awal tahun ini sudah menerima gelontoran APBD sebesar Rp 9,6 miliar.
Persijap, yang kini menghuni peringkat enam klasemen Wilayah II, pun optimistis dalam memburu tiket ke Liga Super 2008. Jika itu tercapai, maka akan menjadi prestasi tertinggi klub sepanjang keikutsertaannya di kompetisi sepak bola nasional. Banyangan prestasi yang membanggakan bagi para pencintanya.
Namun sayangnya, hingga kini belum ada gambaran pasti dari mana sumber pembiayaan klub jika kucuran dana APBD tahun depan dihentikan. Mungkinkah kekuatan fanatisme sepak bola Kota Ukir akan membiarkan klubnya bertarung tanpa tanduk di ajang kompetisi paling bergensi itu? "Sebelum mendapatkan tambahan dana, kami juga utang untuk menutup biaya operasional tim karena dana klub telah habis satu bulan sebelum anggaran tambahan," kata Manajer Persijap Edy Sujatmiko.
Efisiensi ketat mungkin akan terus berlanjut andai klub yang berdiri pada 1954 ini menembus delapan besar yang diperkirakan tuntas Februari 2008. Edy mengakui, sama sekali belum memiliki bayangan sumber pendanaan untuk musim 2008. Selama ini klub 90 persen ditopang APBD. "Ini membutuhkan jalan keluar yang tidak mudah. Semua elemen masyarakat yang dekat dengan bola harus duduk bersama. Ini jika APBD benar-benar putus hubungan dengan sepak bola," jelasnya.
Ketua Umum Persijap Hendro Martojo menyebut kondisi seperti ini membutuhkan kebijakan yang tak cukup dari tingkat daerah, tapi juga skala nasional. Aturan dalam Permendagri No 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No 26/2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD idealnya diimbangi dengan kebijakan-kebijakan dari otoritas sepak bola di Indonesia, PSSI. "Bagaimana sepak bola tetap hidup dan anggaran daerah tetap bisa menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Ini kebijakan dalam lingkup besar," kata Bupati Jepara itu.
Hendro mengatakan, jika anggaran APBD tidak bisa dikucurkan untuk pembiayaan klub secara terus menerus tiap tahun, PSSI kemungkinan tidak bisa menggelar kompetisi tiap tahun. Bisa dua tahun sekali. Pihaknya memang masih berharap ada revisi aturan baru tersebut. Pembicaraan dengan para ketua umum klub dirasakan masih perlu sebagai langkah mencari jalan keluar.
PSIS Siap
Berbeda dengan Persijap yang belum menyiapkan rencana musim depan. PSIS yang babak belur dihajar kesulitan keuangan, ternyata justru sudah bergerak lebih lincah. Tim Kota Semarang itu hampir menyelesaikan negosiasi dengan sponsor. Kesulitan dana di penghujung musim, menjadi pelajaran PSIS. Bantuan dana dari APBD tidak selamanya bisa diandalkan.
Manajer PSIS Yoyok Sukawi menjamin, timnya tetap akan mengikuti Liga Indonesia. Tanpa APBD tidak masalah. Sebagai gantinya, biaya kompetisi akan dicari lewat sponsor.
Manajemen akan mengoptimalkan kinerja bidang dana untuk mencari sponsor dari perusahaan-perusahaan di Semarang dan sekitarnya.
Kerja bidang dana tersebut, menurut Yoyok, sudah dimulai sejak sekarang. Beberapa perusahaan pun sudah ada yang menyatakan tertarik. Meski demikian, mereka tetap perlu pembicaraan lebih mendalam.
"Jika musim depan semua klub di Liga Indonesia ini tanpa APBD, PSIS sangat siap. Kami sudah mulai mencari sponsor untuk pendanaan musim depan," tandasnya. Belum pasti memang, namun pada pekan-pekan ini, PSIS dilaporkan sedang membicarakan secara intensif tawaran sponsorship senilai Rp 7 miliar.
Jual Klub
Problem keuangan tidak mematahkan semangat Persis Solo. Himpitan masalah pasca-habisnya bantuan APBD Rp 10 miliar itu sedang diurai. Langkah paling praktis dengan mencari pinjaman dan membuka dompet peduli.
Tapi, pertanyaan lebih besar kini datang: bagaimana eksistensi Laskar Sambernyawa musim depan?
Ketua Umum Persis FX Hadi Rudyatmo sudah ancang-ancang menjual klubnya. Sedangkan Wali Kota Joko Widodo mengaku baru akan memikirkan masalah itu, akhir musim ini. Namun jika ada rencana Persis dijual demi perkembangan sepak bola di Solo, dia pun tidak masalah.
"Ya siapa pun yang mau, boleh membeli Persis tahun depan," ujar Rudyatmo.
Tapi, mencari pembeli klub juga bukan persoalan mudah. Sebab, pada saat perekonomian belum pulih benar akibat krisis berkepanjangan, tentu tak banyak perusahaan yang mau mengalokasikan modalnya mendukung kegiatan olahraga.
"Semua ada rencana. Tapi sepanjang tidak ada perubahan regulasi pada APBD, kami tidak berani memberi bantuan dana APBD bagi Persis. Kita akan cari jalan keluarnya nanti," ujar Jokowi.(Muhammadun Sanomae, Budi Winarto, Setyo Wiyono, Gunarso-40)