”Harga” Prestasi Persijap (1)
http://www.persijap.or.id/2008/03/harga-prestasi-persijap-1.html
Sepak Bola, Karakter dan Citra Jepara
-Oleh Hendro Martojo
-Oleh Hendro Martojo
ADA tiga citra yang begitu lekat dengan Jepara, yaitu sebagai pusat kerajinan ukir, tempat kelahiran RA Kartini, dan kota di mana sepak bola menjadi magnet dengan nama besar Persijap dalam blantika persepakbolaan nasional. Sepak bola memang dapat dikatakan menjadi salah satu ciri Jepara.
Reputasi ini tidak didapat tiba-tiba, tetapi butuh perjuangan panjang untuk mencapainya. Prestasi pertama yang berhasil diukir di tingkat nasional dicapai pasukan yuniornya pada 1982 ketika berhasil memboyong Piala Suratin, lambang supremasi kompetisi sepak bola remaja nasional.
Prestasi yang sama dicapai lagi pada 1998 dan 2002. Juga pada 2002, Stadion Kamal Djunaidi menjadi saksi bisu keberhasilan anak-anak Jepara promosi ke Divisi Utama. Prestasi terakhir —yang cukup monumental— sejak berdiri tahun 1954 adalah ketika tahun lalu mereka berhasil lolos ke pentas Superliga 2008.
Keberhasilan Persijap meraih tiket ke Superliga tentu saja disambut sukacita publik sepak bola Jepara yang dikenal sangat fanatik. Bermodal suntikan dana APBD yang awalnya paling kecil dibanding dua tim Divisi Utama lain di Jawa Tengah, yakni PSIS Semarang dan Persis Solo, mereka justru menjadi satu-satunya tim asal Jateng - DIY yang lolos.
Superliga akan menjadi level tertinggi dalam persepakbolaan nasional. Keberhasilan yang hanya bisa dicapai berkat kerja keras tim (pemain, pelatih, dan manajemen), dukungan fanatik suporter, dan tentu saja kepedulian pemerintah daerah yang memahami sepak bola sebagai salah satu wujud dinamika masyarakat dan unsur pembangun karakter bangsa dan citra daerah
Infrastruktur
Sadar sepak bola telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jepara, pemerintah daerah pun antusias dengan keberhasilan ”Laskar Kalinyamat”.
Dari sisi infrastruktur, persiapan sudah dicoba dilakukan dengan menyulap kawasan rawa di Ujungbatu menjadi stadion dengan nama Gelora Bumi Kartini. Begitu Persijap memastikan lolos ke
Superliga, sarana yang pembangunannya dimulai tahun 2004, langsung mendapat kucuran dana yang cukup besar pada 2008. Melalui APBD, dianggarkan dana sebesar Rp 12,5 miliar agar pada bulan Juni mendatang bisa digunakan untuk kandang Persijap.
Total seluruhnya untuk pembangunan stadion menjadi Rp 30,5 miliar. Tak hanya itu, sejak 2004 kawasan luar stadion mulai dijadikan hutan kota agar bisa menjadi ruang publik yang nyaman bagi masyarakat. Tahun ini juga, dianggarkan dana Rp 500 juta untuk menata kawasan luar stadion. Sedangkan untuk membiayai tim selama mengikuti kompetisi, telah dipersiapkan dana sebesar Rp 10 miliar.
Tahun lalu, kiprah Persijap di Divisi Utama mendapat alokasi anggaran sebanyak Rp 13,2 miliar.
Kenyataannya, perjalanan Persijap tidak semulus yang diharapkan. Berbeda dengan 17 tim lain yang mendapatkan tiket ke Superliga, Persijap mendapatkan persoalan berat di bidang pendanaan.
Tim Divisi Utama lain yang lolos seperti Persik Kediri, Persija Jakarta Pusat, Persela Lamongan, Persib Bandung, dan Persipura Jayapura, tidak begitu mendapatkan persoalan keuangan karena ada alokasi dana dari APBD. Sedangkan alokasi dana Persijap melalui KONI berupa bantuan hibah sebesar Rp 10 miliar, mendapatkan catatan dari Gubernur Jawa Tengah.
Catatan diberikan agar Bupati Jepara memperhatikan Surat Edaran Mendagri Nomor 903/187/SJ tanggal 30 Januari 2007 tentang Pendanaan untuk Klub Sepak Bola melalui APBD. Dalam surat edaran itu ditegaskan, bagi klub sepak bola yang sudah mendapatkan dana APBD 2007, tidak boleh lagi mendapatkan dana bantuan APBD 2008.
Isi surat tersebut didasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 yang salah satu pasalnya berbunyi, “Bantuan sosial/hibah tidak dapat diberikan berturut-turut setiap tahun anggaran.” Ini memang bisa diartikan bila tahun 2007 sudah dibantu, maka tahun 2008 tidak boleh lagi.
-Hendro Martojo adalah Bupati Jepara dan Ketua Umum Persijap-22