’’Harga’’ Prestasi Persijap (3-Habis)
http://www.persijap.or.id/2008/03/harga-prestasi-persijap-3-habis.html
SELAIN menunggu jawaban dari Mendagri dan Medco Group, ada pula upaya lain yang ditempuh pengurus Persijap dalam mengupayakan agar tim bisa mengikuti Superliga.
Bukan berarti pesimis kedua upaya itu gagal, bila pemerintah daerah juga mewacanakan merger antarsesama tim profesional Jawa Tengah.
Karenanya, telah dilayangkan surat kepada Gubernur Jawa Tengah pada 1 Maret agar memfasilitasi pembentukan klub profesional Jawa Tengah semacam Sriwijaya FC yang sukses menjadi wakil Provinsi Sulawesi Selatan.
Merger itu diharapkan melibatkan Persijap, PSIS Semarang, Persis Solo, dan tidak tertutup kemungkinan klub di Jateng lainnya seperti PSIR Rembang, Persiku Kudus, dan Persibat Batang.
Ada beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari langkah demikian, antara lain sebagai sarana promosi Provinsi Jawa Tengah di tingkat nasional.
Di samping itu, eksistensi klub akan lebih kuat, dan bisa mempersatukan suporter-suporter di Jawa Tengah. Untuk identitas, bisa dipakai nama yang mencerminkan Jawa Tengah seperti Jateng United dan Jateng FC atau mengambil inspirasi dari peristiwa historis seperti Diponegoro FC.
Memang ada budaya baru yang harus ditumbuhkan. Sebab, selama ini muncul “kultur” persaingan yang kurang sehat. Ada catatan-catatan buram yang harus dihapus bersama.
Lebih Ringan
Perlu dibangun kultur persepakbolaan baru di Jawa Tengah yang lebih sehat dan prospektif, sebagai baian dari membangun Jawa Tengah Incorporated. Respons positif juga telah didapat dari Wali Kota Semarang dan Solo.
Homebase klub ini juga bisa berganti-ganti di kota-kota yang memiliki persyaratan stadion sebagimana standar PSSI, agar tidak menjadi milik sebuah kota, tetapi benar-benar menjadi milik Jawa Tengah. Dalam satu musim kompetisi Superliga, ada 17 pertandingan kandang yang bisa dibagi relatif merata.
Dengan penggabungan itu, pendanaan akan lebih ringan karena gotong-royong dimungkinkan. Langkah demikian bisa menjadi alternatif di tengah meningkatnya berbagai kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi dari APBD. Terlebih, mengelola klub sepak bola memang berbiaya sangat mahal.
Kantor Menpora sebagai institusi yang memiliki fungsi membina olahraga di tingkat nasional, diharapkan lebih dikedepankan. Untuk itulah harus dijalin komunikasi yang lebih baik dan saling menghormati di antara pemangku kepentingan persepakbolaan nasional, seperti antara PSSI dengan Menpora maupun Mendagri.
Jangan sampai terjadi kesan Kantor Menpora dengan fungsi pembinaannya justru membiarkan kondisi semacam ini. Sudah saatnya masing-masing berpikir untuk kepentingan kemajuan sepak bola nasional dengan berbagai fungsinya yang sangat luas.
Klub-klub yang memang sejatinya belum siap untuk mandiri dan profesional hendaknya tetap dibantu, dicarikan jalan agar tetap bisa memanfaatkan tiket Superliga yang diperoleh dengan sangat susah payah.
Kondisi Riil
PSSI juga hendaknya melihat kondisi riil yang terjadi di daerah dan bahkan nasional. Sepak bola kita belum bisa menjadi sebuah industri yang dapat memperoleh keuntungan dari sebuah kompetisi. Dalam membuat kebijakan pembinaan hendaknya PSSI juga melibatkan dan melihat kondisi daerah.
Pada penyelenggaraan kompetisi misalnya, PSSI hendaknya memperbanyak event yang memungkinkan klub bisa mengikuti seperti memperbanyak kejuaraan semacam Copa Indonesia.
Realita ini hendaknya menjadi semangat bersama untuk menyelamatkan Persijap, satu-satunya tim di Jawa Tengah yang lolos ke Superliga, sehingga bisa memastikan Jawa Tengah menjadi salah satu titik sentral pembinaan sepak bola di Tanah Air.
Harga sebuah prestasi memang sangat mahal. Meski peluang pendanaan akan sangat sulit dan bahkan dapat dikatakan “jalan semakin amat terjal” karena dikejar berbagai macam persiapan, termasuk perekrutan pemain dan pelatih, tetapi Pemkab Jepara tidak patah semangat untuk tetap berusaha mencari jalan keluar.
Sebab, diyakini sepak bola memiliki sumbangan bagi pembangunan karakter bangsa, persatuan bangsa dan citra sebuah daerah. Semoga semakin banyak yang mengerti harga sebuah prestasi dan harga yang harus dibayar untuk membangun sebuah bangsa yang berkarakter karena roh persatuannya sangat kuat.
Akankah sayap yang akan berkembang ini patah sebelum terbang? Tinggalah kini mata yang berbinar penuh harap pada karunia Tuhan, dan atau lewat tangan yang peduli citra sebuah daerah yang di dalamnya ada roh persatuan kuat menuju bangsa berkarakter.
- Hendro Martojo, bupati Jepara dan ketua umum Persijap. (22)
Bukan berarti pesimis kedua upaya itu gagal, bila pemerintah daerah juga mewacanakan merger antarsesama tim profesional Jawa Tengah.
Karenanya, telah dilayangkan surat kepada Gubernur Jawa Tengah pada 1 Maret agar memfasilitasi pembentukan klub profesional Jawa Tengah semacam Sriwijaya FC yang sukses menjadi wakil Provinsi Sulawesi Selatan.
Merger itu diharapkan melibatkan Persijap, PSIS Semarang, Persis Solo, dan tidak tertutup kemungkinan klub di Jateng lainnya seperti PSIR Rembang, Persiku Kudus, dan Persibat Batang.
Ada beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari langkah demikian, antara lain sebagai sarana promosi Provinsi Jawa Tengah di tingkat nasional.
Di samping itu, eksistensi klub akan lebih kuat, dan bisa mempersatukan suporter-suporter di Jawa Tengah. Untuk identitas, bisa dipakai nama yang mencerminkan Jawa Tengah seperti Jateng United dan Jateng FC atau mengambil inspirasi dari peristiwa historis seperti Diponegoro FC.
Memang ada budaya baru yang harus ditumbuhkan. Sebab, selama ini muncul “kultur” persaingan yang kurang sehat. Ada catatan-catatan buram yang harus dihapus bersama.
Lebih Ringan
Perlu dibangun kultur persepakbolaan baru di Jawa Tengah yang lebih sehat dan prospektif, sebagai baian dari membangun Jawa Tengah Incorporated. Respons positif juga telah didapat dari Wali Kota Semarang dan Solo.
Homebase klub ini juga bisa berganti-ganti di kota-kota yang memiliki persyaratan stadion sebagimana standar PSSI, agar tidak menjadi milik sebuah kota, tetapi benar-benar menjadi milik Jawa Tengah. Dalam satu musim kompetisi Superliga, ada 17 pertandingan kandang yang bisa dibagi relatif merata.
Dengan penggabungan itu, pendanaan akan lebih ringan karena gotong-royong dimungkinkan. Langkah demikian bisa menjadi alternatif di tengah meningkatnya berbagai kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi dari APBD. Terlebih, mengelola klub sepak bola memang berbiaya sangat mahal.
Kantor Menpora sebagai institusi yang memiliki fungsi membina olahraga di tingkat nasional, diharapkan lebih dikedepankan. Untuk itulah harus dijalin komunikasi yang lebih baik dan saling menghormati di antara pemangku kepentingan persepakbolaan nasional, seperti antara PSSI dengan Menpora maupun Mendagri.
Jangan sampai terjadi kesan Kantor Menpora dengan fungsi pembinaannya justru membiarkan kondisi semacam ini. Sudah saatnya masing-masing berpikir untuk kepentingan kemajuan sepak bola nasional dengan berbagai fungsinya yang sangat luas.
Klub-klub yang memang sejatinya belum siap untuk mandiri dan profesional hendaknya tetap dibantu, dicarikan jalan agar tetap bisa memanfaatkan tiket Superliga yang diperoleh dengan sangat susah payah.
Kondisi Riil
PSSI juga hendaknya melihat kondisi riil yang terjadi di daerah dan bahkan nasional. Sepak bola kita belum bisa menjadi sebuah industri yang dapat memperoleh keuntungan dari sebuah kompetisi. Dalam membuat kebijakan pembinaan hendaknya PSSI juga melibatkan dan melihat kondisi daerah.
Pada penyelenggaraan kompetisi misalnya, PSSI hendaknya memperbanyak event yang memungkinkan klub bisa mengikuti seperti memperbanyak kejuaraan semacam Copa Indonesia.
Realita ini hendaknya menjadi semangat bersama untuk menyelamatkan Persijap, satu-satunya tim di Jawa Tengah yang lolos ke Superliga, sehingga bisa memastikan Jawa Tengah menjadi salah satu titik sentral pembinaan sepak bola di Tanah Air.
Harga sebuah prestasi memang sangat mahal. Meski peluang pendanaan akan sangat sulit dan bahkan dapat dikatakan “jalan semakin amat terjal” karena dikejar berbagai macam persiapan, termasuk perekrutan pemain dan pelatih, tetapi Pemkab Jepara tidak patah semangat untuk tetap berusaha mencari jalan keluar.
Sebab, diyakini sepak bola memiliki sumbangan bagi pembangunan karakter bangsa, persatuan bangsa dan citra sebuah daerah. Semoga semakin banyak yang mengerti harga sebuah prestasi dan harga yang harus dibayar untuk membangun sebuah bangsa yang berkarakter karena roh persatuannya sangat kuat.
Akankah sayap yang akan berkembang ini patah sebelum terbang? Tinggalah kini mata yang berbinar penuh harap pada karunia Tuhan, dan atau lewat tangan yang peduli citra sebuah daerah yang di dalamnya ada roh persatuan kuat menuju bangsa berkarakter.
- Hendro Martojo, bupati Jepara dan ketua umum Persijap. (22)