Faktor Keberuntungan Bawa Persita menang
http://www.persijap.or.id/2009/04/faktor-keberuntungan-bawa-persita.html
(Analisis Pertandingan Vennard Hutabarat)
Membosankan, itulah penilaian saya melihat jalannya pertandingan antara Persita Tangerang melawan Persijap Jepara. Inilah imbas dari libur panjang kompetisi karena benturan jadwal dengan Pemilihan Umum Legislatif lalu. Indikasinya terlihat dari hilangnya feeling ball pemain sehingga banyak peluang matang yang mestinya berbuah gol terbuang sia-sia.
Saya juga mencatat, bagaiamana sebuah tim sekelas Persijap Jepara yang selama ini memiliki defense yang kokoh, begitu mudah ditembus, lebih karena kesalahan komunikasi yang mereka tunjukan.
Beruntung hampir sepanjang pertandingan Persita Tangerang tetap menunjukkan sebagai sebuah tim yang memiliki kelemahan dalam penyelesaian akhir. Beberapa kali strker asal Brasil Michele Adolfo Souza gagal memanfaatkan buruknya komunikasi lawan. Beruntung Persijap memiliki palang pintu sekelas Evaldo Silva, sehingga Laskar Kalinyamat terhindar dari kebobolan lebih awal.
Mengenai dua gol I Made Wirahadi, tanpa mengesampingkan perjuangan skuad Pendekar Cisadane, saya harus mengatakan faktor keberuntungan lebih mendominasi. Gol pertama Wirahadi melalui tendangan dari luar kotak penalti tidak lepas dari kondisi fisik penjaga gawang Danang Wihatmoko yang tidak prima setelah berbenturan denagn Bruno Casmir di babak pertama. Di sini saya juga melihat keberanian pelatih Persijap, Junaidi, yang tetap memainkan Danang hingga akhir pertandingan. Gol kedua Wirahadi lebih berbau keberuntungan, mengingat pergerakan dari Danang yang sudah mati langkah, memudahkan Wirahadi mengirim bola lambung ke gawang tanpa bisa dihalau.
Persijap tampaknya harus membayar mahal keputusan melepas striker Paraguay, Arnaldo Villalba. Duet sejati Pablo Frances ini membuat laskar Kalinayamat kehilangan ketajaman. Padahal duet Villalba dan Pablo selama ini sering memecah konsentrasi lini belakang lawan. Situasi ini memudahkan palang pintu Persita, Bruno Casmir untuk mengawal pertahanannya, mengingat Ilham Hasan sebagai tandem Pablo Frances belum mampu menggantikan peran yang ditinggalkan Arnaldo Villalba.
Terlepas dari hasil maksimal yang diraih, pelatih Persita Zainal Abidin harus lebih jeli dalam melakukan perubahan strategi dengan melihat kemampuan individu anak asuhnya. Keputusan Zainal Abidin menggeser Cucu Hidayat ke kiri luar dan mendorong Agus Salim sebagai ujung tombak sangat tidak efektif. Saya melihat selama ini Cucu lebih berkembang sebagai gelandang yang beroperasi di tengah, sementara Agus Salim selama ini justru lebih optimal jika bermain dari sayap kiri. Perjalanan masih panjang, mungkin ini bisa menjadi masukan. (fir, antvsports.com)
Membosankan, itulah penilaian saya melihat jalannya pertandingan antara Persita Tangerang melawan Persijap Jepara. Inilah imbas dari libur panjang kompetisi karena benturan jadwal dengan Pemilihan Umum Legislatif lalu. Indikasinya terlihat dari hilangnya feeling ball pemain sehingga banyak peluang matang yang mestinya berbuah gol terbuang sia-sia.
Saya juga mencatat, bagaiamana sebuah tim sekelas Persijap Jepara yang selama ini memiliki defense yang kokoh, begitu mudah ditembus, lebih karena kesalahan komunikasi yang mereka tunjukan.
Beruntung hampir sepanjang pertandingan Persita Tangerang tetap menunjukkan sebagai sebuah tim yang memiliki kelemahan dalam penyelesaian akhir. Beberapa kali strker asal Brasil Michele Adolfo Souza gagal memanfaatkan buruknya komunikasi lawan. Beruntung Persijap memiliki palang pintu sekelas Evaldo Silva, sehingga Laskar Kalinyamat terhindar dari kebobolan lebih awal.
Mengenai dua gol I Made Wirahadi, tanpa mengesampingkan perjuangan skuad Pendekar Cisadane, saya harus mengatakan faktor keberuntungan lebih mendominasi. Gol pertama Wirahadi melalui tendangan dari luar kotak penalti tidak lepas dari kondisi fisik penjaga gawang Danang Wihatmoko yang tidak prima setelah berbenturan denagn Bruno Casmir di babak pertama. Di sini saya juga melihat keberanian pelatih Persijap, Junaidi, yang tetap memainkan Danang hingga akhir pertandingan. Gol kedua Wirahadi lebih berbau keberuntungan, mengingat pergerakan dari Danang yang sudah mati langkah, memudahkan Wirahadi mengirim bola lambung ke gawang tanpa bisa dihalau.
Persijap tampaknya harus membayar mahal keputusan melepas striker Paraguay, Arnaldo Villalba. Duet sejati Pablo Frances ini membuat laskar Kalinayamat kehilangan ketajaman. Padahal duet Villalba dan Pablo selama ini sering memecah konsentrasi lini belakang lawan. Situasi ini memudahkan palang pintu Persita, Bruno Casmir untuk mengawal pertahanannya, mengingat Ilham Hasan sebagai tandem Pablo Frances belum mampu menggantikan peran yang ditinggalkan Arnaldo Villalba.
Terlepas dari hasil maksimal yang diraih, pelatih Persita Zainal Abidin harus lebih jeli dalam melakukan perubahan strategi dengan melihat kemampuan individu anak asuhnya. Keputusan Zainal Abidin menggeser Cucu Hidayat ke kiri luar dan mendorong Agus Salim sebagai ujung tombak sangat tidak efektif. Saya melihat selama ini Cucu lebih berkembang sebagai gelandang yang beroperasi di tengah, sementara Agus Salim selama ini justru lebih optimal jika bermain dari sayap kiri. Perjalanan masih panjang, mungkin ini bisa menjadi masukan. (fir, antvsports.com)