Seleksi Alam Kompetisi
http://www.persijap.or.id/2009/07/seleksi-alam-kompetisi.html
JAKARTA – Klub Liga Super 2009/2010 harus menghadapi kesulitan finansial sendirian dalam kompetisi. Badan Liga Indonesia (BLI)-PSSI mengaku tak bisa memberi solusi langsung bagi pendanaan klub.
Direktur Kompetisi BLI Joko Driyono mengungkapkan, keputusan mundur atau bertahan di kompetisi menjadi kebijakan masingmasing klub.BLI hanya bisa membantu dengan penyediaan regulasi yang disesuaikan kebutuhan dan kemampuan klub.
’’Semuanya dilakukan secara alamiah saja.Mundur atau tidak menjadi sikap internal masing- masing klub.Kondisi seperti itu akan terjadi dengan sendirinya. Kami tidak bisa melakukan hal ekstrem untuk menolong pendanaan klub,’’ ungkapnya kemarin.
Joko menambahkan, manajemen klub harus bersedia mengubah paradigma pengelolaan pendanaan. Klub harus menghitung ulang kebutuhan finansial untuk musim depan. ’’Kami hanya bisa meminta klub mengubah pandangannya tentang kebutuhan dana kompetisi. Klub tidak harus menggunakan dana sampai Rp30 miliar semusim.
Tapi,justru menekan anggaran agar bisa digunakan untuk musim berikutnya. Kalkulasi ulang harus dilakukan.Berdasarkan riset BLI, angka Rp10 miliar sudah cukup,’’ lanjutnya. Entah pujian atau cibiran, rata-rata pengeluaran klub musim lalu sangat besar. Persija Jakarta membutuhkan dana hampir Rp25,5 miliar semusim, yang berasal dari APBD.
Hampir Rp16,5 miliar digunakan untuk mengontrak pemain. Namun, Macan Kemayoran hanya finis di strip ketujuh Liga Super dan tersisih pada babak 8 besar Piala Indonesia. Persib Bandung kabarnya menghabiskan anggaran sampai Rp35 miliar setahun, tapi mereka berada di urutan ketiga klasemen akhir.
Namun, Persijap Jepara bisa bertahan dengan anggaran Rp10 miliar.Klub berjuluk Laskar Kalinyamat tersebut tetap bertahan di Liga Super dan berada di urutan 11. ’’Rasionalisasi pendanaan harus dilakukan klub. Mereka harus mempertimbangkan unsur-unsur biaya sesuai kemampuannya.
Pembatasan gaji pemain yang akan diberlakukan tetap kembali pada sikap klub. Seharusnya mereka yang melakukannya sendiri. Sekarang tinggal klub mau melakukan pembatasan dana atau tidak,’’ paparnya. Hukum alam tampaknya benar- benar terjadi. Hanya klub dengan manajemen cerdas yang diperkirakan bisa bertahan di Liga Super.
Joko menyatakan,PSSI sejak awal sudah memberikan pilihan kompetisi bagi klub seperti profesional dan amatir. ’’Kompetisi profesional terkait jumlah uang yang beredar. Kalau tidak bisa bersaing, klub bisa kembali ke kompetisi amatir. BLI sejak awal tidak pernah meminta klub untuk menggunakan dana Rp35 miliar.
Semuanya tetap kembali pada kemampuannya,’’ katanya. Sikap serupa juga ditunjukkan oleh PSSI. Sekjen PSSI Nugraha Besoes mengatakan, klub harus mencari solusi pendanaannya sendiri. Sikap pasif tersebut sebelumnya juga muncul saat gaji pemain ditunggak klub karena masalah finansial.
’’Klub yang harus mencari alternatif sumber dananya. Paradigma mereka memang sudah saatnya diubah.Tekan biaya sekecil mungkin. Standar gaji pemain tetap diberlakukan, tapi berhasil tidaknya kembali kepada masing-masing klub,’’ pungkas Nugraha. (wahyu argia,SINDO)