Target Bisnis Harus Dimiliki
http://www.persijap.or.id/2009/07/target-bisnis-harus-dimiliki.html
JEPARA - Persijap akan kehilangan gairah membangun fondasi bisnis jika masih tergantung dana APBD. Menurut Anis Eko Hartanto, penggemar berat Persijap dan pengusaha muda yang bergerak dalam industri mebel, idealnya PT Laskar Kalinyamat menopang lebih dari separo pembiayaan klub dengan memanfaatkan sponsor dan keuntungan bisnis.
Kalau pun ada dana APBD musim depan, berapa pun nominalnya tidak boleh mematikan upaya membangun klub sebagai entitas bisnis. Berdasar pengalaman musim-musim sebelumnya, suntikan dana APBD kerap menjauhkan klub dari budaya mandiri.
’’Jika keuangan daerah memungkinkan, dana hibah tidak masalah. Namun, jumlahnya harus ditekan. Persijap harus memiliki langkah dan target bisnis yang terukur dan terus dipantau agar bisa semakin mandiri,’’ lanjutnya.
Dia berpendapat peluang menjaring sponsor dan relasi bisnis dengan komunitas di luar Jepara tetap terbuka. Keberhasilan manajemen menggandeng Diadora yang akhirnya memberi bantuan apparel senilai Rp 1,8 miliar disebut sebagai bukti adanya peluang itu. ’’Tahun ini saat yang tepat untuk membangun kepercayaan. Mumpung nama klub baik,’’ lanjutnya.
Tokoh senior di Barisan Suporter Persijap Sejati Zaenur Rohman mengungkapkan, untuk bisa membangun bisnis Persijap harus mengevaluasi siapa yang paling proporsional dan profesional dalam menangani klub.
Profesional
Dia mengakui klub belum bisa seratus persen lepas dari APBD, namun menyayangkan stagnasi PT Laskar Kalinyamat dalam berupaya membangun fondasi kemandirian klub.
’’Sejak berdiri akhir 2008 hingga sekarang, tak ada geliat tentang bagaimana badan usaha itu bersiasat membangun jaringan luas dalam rencana bisnisnya,’’ katanya.
Ditambahkan, klub bisa menghilangkan suara-suara pesmistis tentang upaya membangun klub mandiri yang kerap muncul di tengah derasnya keinginan mendapatkan APBD.
Dia menilai selama ini relasi antara PT Laskar Kalinyamat dengan manajemen tim salah kaprah. Kenyataan yang muncul, Persijap membentuk PT, dan bukan Persijap berbentuk PT.
Akibatnya manajer tim masih menjadi subordinat dari pengurus, sementara direktur PT seperti menjadi subordinat dari manajemen tim. ’’Klub profesional mestinya tidak seperti itu. Yang terjadi masih setengah-setengah,’’ imbuhnya.
Anggota Panitia Anggaran DPRD Jepara Nur Rohman membenarkan, dalam APBD perubahan Persijap mendapatkan Rp 800 juta untuk persiapan awal. Usulan yang diajukan Rp 1 miliar.
Dia juga menyatakan sudah ada pengajuan dana untuk APBD 2010 dan kebijakan umum anggaran sudah dibahas. Meski belum tertuang jelas berapa nominalnya, informasi yang berkembang ada wacana pengajuan Rp 5 miliar, atau 50 persen dari dana APBD yang diterima musim lalu.
’’Kami mendorong agar ketergantungan terhadap APBD bisa terus dikurangi dan mempercepat upaya kemandirian klub,’’ ujarnya. (H15-22)