Berat, Tembus Rp 200 Juta
http://www.persijap.or.id/2009/10/berat-tembus-rp-200-juta.html
JEPARA - Panpel Persijap sepertinya harus realistis dalam menarget pemasukan dari penjualan tiket. Boleh saja mematok tinggi setiap pertandingan home. Tapi faktanya, menembus Rp 200 juta saja sangat sulit. Padahal kalau merujuk para pertandingan-pertandingan musim kompetisi sebelumnya, target selalu hampir terpenuhi. Ketua Panpel Persijap Sutedjo juga mengakui hal itu.
"Sampai setengah enam sore tadi (kemarin, Red), income dari penjualan tiket baru tembus Rp 183 juta," jelas Sutedjo.
Kendati demikian, sepertinya sudah sulit untuk berangsek pada angka Rp 200 juta. Namun, dengan kemenangan perdana kemarin, mantan anggota DPRD Kabupaten Jepara ini berharap income Persijap untuk pertandingan home nonlive TV mendatang bisa meningkat. Apalagi income dari penjualan tiket sangat vital untuk mendongkrak anggaran pembiayaan tim.
"Saya berharap begitu. Karena income Persijap dari penjualan tiket merupakan yang terbesar selain dari APBD. Untuk itu, kalau bisa dimaksimalkan, kenapa tidak," tandasnya.
Menurutnya, ada satu hal yang perlu dibenahi agar pemasukan dari penjualan tiket ini stabil, yaitu kualitas tim. Indikatornya bisa dilihat ketika Persijap menjamu Persiku saat uji coba lalu. Pemasukan dari penjualan tiket saat itu bisa mencapai Rp 44 juta. Idealnya saat uji coba kedua menjamu Pro Duta penjualan tiket naik. Namun realitanya hanya mendapat Rp 33 juta.
"Begitu juga untuk pertandingan resmi seperti saat ini, di samping baru pertama digelar, kualitas tim saat ini perlu ditingkatkan. Sehingga pertandingannya bisa lebih menjual," harapnya.
Tanpa peningkatan prestasi tim, sepertinya sulit bagi panpel untuk mendapatkan hasil maksimal dari penjualan tiket. Terlebih lagi Persijap musim kompetisi ini kemungkinan besar akan mendapatkan porsi lebih untuk siaran live. Untuk itu setiap pertandingan kandang nonlive mesti harus dibarengi dengan prestasi tim. (grs/aji, JP)
"Sampai setengah enam sore tadi (kemarin, Red), income dari penjualan tiket baru tembus Rp 183 juta," jelas Sutedjo.
Kendati demikian, sepertinya sudah sulit untuk berangsek pada angka Rp 200 juta. Namun, dengan kemenangan perdana kemarin, mantan anggota DPRD Kabupaten Jepara ini berharap income Persijap untuk pertandingan home nonlive TV mendatang bisa meningkat. Apalagi income dari penjualan tiket sangat vital untuk mendongkrak anggaran pembiayaan tim.
"Saya berharap begitu. Karena income Persijap dari penjualan tiket merupakan yang terbesar selain dari APBD. Untuk itu, kalau bisa dimaksimalkan, kenapa tidak," tandasnya.
Menurutnya, ada satu hal yang perlu dibenahi agar pemasukan dari penjualan tiket ini stabil, yaitu kualitas tim. Indikatornya bisa dilihat ketika Persijap menjamu Persiku saat uji coba lalu. Pemasukan dari penjualan tiket saat itu bisa mencapai Rp 44 juta. Idealnya saat uji coba kedua menjamu Pro Duta penjualan tiket naik. Namun realitanya hanya mendapat Rp 33 juta.
"Begitu juga untuk pertandingan resmi seperti saat ini, di samping baru pertama digelar, kualitas tim saat ini perlu ditingkatkan. Sehingga pertandingannya bisa lebih menjual," harapnya.
Tanpa peningkatan prestasi tim, sepertinya sulit bagi panpel untuk mendapatkan hasil maksimal dari penjualan tiket. Terlebih lagi Persijap musim kompetisi ini kemungkinan besar akan mendapatkan porsi lebih untuk siaran live. Untuk itu setiap pertandingan kandang nonlive mesti harus dibarengi dengan prestasi tim. (grs/aji, JP)