Album Ketiga Persijap di ISL
http://www.persijap.or.id/2010/10/album-ketiga-persijap-di-isl.html
Oleh: YAB
Panggung musik jelas berbeda dengan panggung sepakbola, dan Persijap tentu saja tidak sama dengan Peterpan. Namun setidaknya bisa diambil hikmah dari analogi dan komparasi antara Persijap dan Peterpan yang sama-sama akut dalam kondisi saat ini.
Dalam dunia musik, ada sebuah keyakinan bahwa sukses atau tidaknya sebuah band bisa dilihat di album ketiganya. Kita tentu tidak asing dengan group band Peterpan di dunia musik tanah air. Dan di sini, Peterpan bisa kita ambil sebagai tamsil untuk hal ini.
Publik Indonesia saat ini tidak ada yang tidak mengenal groupband bernama Peterpan. Merilis album profesional di tahun 2003 dengan album bertajuk “Taman Langit” yang laku sebanyak 650 ribu keping sekaligus meraih multiplatinum di tahun yang sama. Pencapaian itu memang tidak heboh, namun sukses besar diraih Peterpan di album keduanya, “Bintang di Surga” yang mencapai angka penjualan fantastis dengan total general sebanya 3 juta kopi.
Tiga juta kopi. Itulah album paling banyak terjual di sepanjang sejarah musik Indonesia. 2,7 juta terjual di Indonesia, dan sisanya laku di luar negeri. Hebohnya lagi, angka itu terjual di tengah aksi pembajakan yang menggila. Dengan kata lain, total penjualan 3 juta keping itu belum termasuk penjualan album-album Peterpan yang bajakan.
Namun aroma negatif di formasi Peterpan mulai menyerbak sejak tanggal 4 November 2006, yakni Andika dan Indra dikeluarkan karena alasan yang tidak jelas. Meski dipecat, namun Andika dan Indra tetap menerima royalti, hal itu sesuai klausul kontrak yang mereka sepakati selama band itu masih bernama Peterpan.
Paska pemecatan dua personelnya, Peterpan menggunakan jasa dua additional player magang yang kemudian dua orang itu diresmikan di album berikutnya pada tahun 2007, “Hari yang Cerah”. Dilihat dari pencapaiannya, nampaknya album itu jauh untuk bisa dikatakan booming. Bahkan album itu diklaim mereka sebagai album terakhir mereka sebagai Peterpan, karena setelah itu mereka akan merubah nama groupband tersebut.
Di tahun 2010, Peterpan hendak melebarkan sayapnya di album terbarunya yang tittle-nya masih dirahasiakan. Namun, alih-alih mencapai sukses, Peterpan justru terperosok ke jurang kehampaan dan tidak jelas, karena sebelum agenda launching resmi digelar, Ariel sang vocalis, justru terjerat kasus pornografi dan dijebloskan ke penjara. Hal ini semakin mebuat Peterpan mendapat sorotan buram, karena belum jelas kapan Ariel akan ditindaklanjuti hukum dan kapan pula album mereka akan dilaunching.
Cinta Buta Suporter Persijap
Musim 2010-2011 adalah album ketiga Persijap di belantika sepakbola terelit di tanah air; Indonesia Super League. Setelah sukses finish di peringkat 10 besar ISL dengan dana minim di dua musim sebelumnya, Persijap berupaya memperbarui semangatnya dengan tajuk “New Soul, New Goal” dengan mendatangkan personel asing yang nyaris semuanya adalah merupakan muka baru di ISL. Mulai dari sisi bench: Divaldo Alves Texeira, dan di lapangan: Javier Perez, Yun Sung Min, dan Guti Ribeiro.
Tidak ada yang salah dengan refresh komposisi ini, karena jika Persijap tetap menggunakan muka-muka lama, formasi dan gaya permainan tim berjuluk Laskar Kalinyamat ini justru akan mudah ditebak lawan. Apalagi jika melihat perkembangan gaya permainan tim-tim lain yang lebih variatif, maka Persijap pun sudah seharusnya mengikuti kompetisi dengan gaya yang variatif, kreatif, dan tentu saja dinamis.
Namun tidak dibenarkan pula jika Persijap harus menggunakan susunan baru tanpa melihat kualifikasi ‘pemain’ di posisi masing-masing. Dengan kata lain, Persijap dengan NEW SOUL, NEW GOAL harus mampu menyeimbangkan kondisi psikological, finansial, dan emosional pada tiap elemen, mulai dari manajemen, pelatih, pemain, hingga suporter.
Gaya permainan yang variatif, kreatif, dan dinamis yang ditunjang oleh pemain-pemain yang 70% merupakan muka baru, tentu saja membutuhkan masa adaptasi yang relatif cukup lama. Mereka butuh dukungan yang powerfull, bukan tuntutan dan tekanan psikologis yang ketat dan keras.
Namun ternyata, musim ini diawali Persijap dengan kekalahan yang lebih terkesan karena faktor ketidakberuntungan. Diva mengawali laga perdana dengan formasi dan komposisi pemain yang bisa dikatakan “nyaris” tidak mendapat restu lahir batin dari suporter. Hal ini membuat Evaldo cs tidak mendapat dukungan 100%, melainkan justru mendapat tuntutan dan tekanan mental untuk “wajib menang” di kandang.
Sialnya, kondisi cuaca di SGBK, saat Persijap melawan PSM di babak kedua justru berpihak pada PSM. Tiupan angin dan hujan deras yang melanda stadion mengarah pada gawang Persijap. Walhasil, Guti Riberio cs tidak bisa menyempurnakan strategi pelatih.
Sialnya lagi, di saat suporter meledakkan kekuatan emosionalnya di laga kadang kedua dengan spanduk besar bertuliskan “Kalah-Seri; Pecat!!”, kemenangan yang sudah di depan mata saat melawan Persiba justru tidak bisa diraih. Lagi-lagi ini juga karena faktor ketidakberutungan Persijap yang seharusnya mendapat 3 penalti akibat 2 handsball dan 1 pelanggaran di kotak terlarang. Hal itu juga belum dikalkulasi dengan perhitungan komposisi pemain Persijap yang tidak bisa fullteam karena The Best Persijap Player musim kemarin, Danang “Jarwo” Wihatmoko dan umpan cantik Nurul Huda tidak bisa tampil di dua laga kandang sebab cedera.
Namun “cinta buta” suporter yang mem-presure manajemen, pelatih, dan pemain ternyata tidak melihat faktor-faktor itu. Presure dan tuntutan suporter justru semakin membawa duka nestapa bagi Persijap, dimana semua elemen Persijap dari manajemen, pelatih, pemain, dan suporter terbawa dalam suasana yang tidak kondusif untuk meraih poin di laga away Persijap di Malang.
Suporter meminta Diva mundur, dan manajemen bingung. Secara overall, hal ini pasti membawa dampak psikologis pelatih dan pemain, meski dalam ungkapan verbal mereka sepakat untuk tidak terpengaruh kondisi di luar lapangan. Apalagi jika menilik kalimat-kalimat presure suporter yang menyuruh untuk mendeportasi Divaldo Alves dan Guti Riberio, hal ini tentu saja membuat dua pemain ini tidak bisa bermain sesuai soul dan goal mereka untuk mempersembahkan permainan variatif, kreatif, dan dinamis.
Emosional suporter yang menanti kemenangan adalah suatu hal yang wajar, itu karena mereka terlalu mencintai Persijap. Namun emosional yang melahirkan gagasan untuk memecat Diva dan Guti bisa jadi akan membawa blunder bagi Persijap, layaknya Peterpan yang sial karena memecat dua punggawa mereka.
Musim 2010-2011 adalah album ketiga Persijap di ISL, ini adalah pertaruhan Persijap yang membawa spirit New Soul, New Goal. Jika suporter hanya bisa menekan manajemen, menekan pelatih, dan menekan pemain, maka tinggal menunggu waktu saja bagi Persijap untuk kiamat.
Hal ini seyogyanya bisa disikapi suporter dengan mendukung lahir batin langkah Evaldo cs. Bukan dengan “menuntut” mereka untuk menang, tapi dengan “mendukung” mereka untuk meraih hasil terbaik yang maksimal. Perbedaan kata “menuntut” dengan “mendukung” cukup signifikan, karena kedua istilah ini jelas mempunyai nilai yang berbeda di psikologis pemain. Untuk itu, ikhlaskan mereka untuk bermain lepas, agar mereka tidak terbebani secara emosional. Wahai Suporter Persijap... jargon kita kali ini adalah New Soul... New Goal... Jiwa Baru.... Tujuan baru... dan ini jelas musim yang baru. Masih ada sisa waktu untuk mendukung mereka di laga away Malang, saatnya kita support dengan cara baru! kita mendukung, bukan menuntut. Salam Persijap!!!
* YAB (Yanuar Aris Budiarto) pemain keduabelas Persijap Jepara.
Panggung musik jelas berbeda dengan panggung sepakbola, dan Persijap tentu saja tidak sama dengan Peterpan. Namun setidaknya bisa diambil hikmah dari analogi dan komparasi antara Persijap dan Peterpan yang sama-sama akut dalam kondisi saat ini.
Dalam dunia musik, ada sebuah keyakinan bahwa sukses atau tidaknya sebuah band bisa dilihat di album ketiganya. Kita tentu tidak asing dengan group band Peterpan di dunia musik tanah air. Dan di sini, Peterpan bisa kita ambil sebagai tamsil untuk hal ini.
Publik Indonesia saat ini tidak ada yang tidak mengenal groupband bernama Peterpan. Merilis album profesional di tahun 2003 dengan album bertajuk “Taman Langit” yang laku sebanyak 650 ribu keping sekaligus meraih multiplatinum di tahun yang sama. Pencapaian itu memang tidak heboh, namun sukses besar diraih Peterpan di album keduanya, “Bintang di Surga” yang mencapai angka penjualan fantastis dengan total general sebanya 3 juta kopi.
Tiga juta kopi. Itulah album paling banyak terjual di sepanjang sejarah musik Indonesia. 2,7 juta terjual di Indonesia, dan sisanya laku di luar negeri. Hebohnya lagi, angka itu terjual di tengah aksi pembajakan yang menggila. Dengan kata lain, total penjualan 3 juta keping itu belum termasuk penjualan album-album Peterpan yang bajakan.
Namun aroma negatif di formasi Peterpan mulai menyerbak sejak tanggal 4 November 2006, yakni Andika dan Indra dikeluarkan karena alasan yang tidak jelas. Meski dipecat, namun Andika dan Indra tetap menerima royalti, hal itu sesuai klausul kontrak yang mereka sepakati selama band itu masih bernama Peterpan.
Paska pemecatan dua personelnya, Peterpan menggunakan jasa dua additional player magang yang kemudian dua orang itu diresmikan di album berikutnya pada tahun 2007, “Hari yang Cerah”. Dilihat dari pencapaiannya, nampaknya album itu jauh untuk bisa dikatakan booming. Bahkan album itu diklaim mereka sebagai album terakhir mereka sebagai Peterpan, karena setelah itu mereka akan merubah nama groupband tersebut.
Di tahun 2010, Peterpan hendak melebarkan sayapnya di album terbarunya yang tittle-nya masih dirahasiakan. Namun, alih-alih mencapai sukses, Peterpan justru terperosok ke jurang kehampaan dan tidak jelas, karena sebelum agenda launching resmi digelar, Ariel sang vocalis, justru terjerat kasus pornografi dan dijebloskan ke penjara. Hal ini semakin mebuat Peterpan mendapat sorotan buram, karena belum jelas kapan Ariel akan ditindaklanjuti hukum dan kapan pula album mereka akan dilaunching.
Cinta Buta Suporter Persijap
Musim 2010-2011 adalah album ketiga Persijap di belantika sepakbola terelit di tanah air; Indonesia Super League. Setelah sukses finish di peringkat 10 besar ISL dengan dana minim di dua musim sebelumnya, Persijap berupaya memperbarui semangatnya dengan tajuk “New Soul, New Goal” dengan mendatangkan personel asing yang nyaris semuanya adalah merupakan muka baru di ISL. Mulai dari sisi bench: Divaldo Alves Texeira, dan di lapangan: Javier Perez, Yun Sung Min, dan Guti Ribeiro.
Tidak ada yang salah dengan refresh komposisi ini, karena jika Persijap tetap menggunakan muka-muka lama, formasi dan gaya permainan tim berjuluk Laskar Kalinyamat ini justru akan mudah ditebak lawan. Apalagi jika melihat perkembangan gaya permainan tim-tim lain yang lebih variatif, maka Persijap pun sudah seharusnya mengikuti kompetisi dengan gaya yang variatif, kreatif, dan tentu saja dinamis.
Namun tidak dibenarkan pula jika Persijap harus menggunakan susunan baru tanpa melihat kualifikasi ‘pemain’ di posisi masing-masing. Dengan kata lain, Persijap dengan NEW SOUL, NEW GOAL harus mampu menyeimbangkan kondisi psikological, finansial, dan emosional pada tiap elemen, mulai dari manajemen, pelatih, pemain, hingga suporter.
Gaya permainan yang variatif, kreatif, dan dinamis yang ditunjang oleh pemain-pemain yang 70% merupakan muka baru, tentu saja membutuhkan masa adaptasi yang relatif cukup lama. Mereka butuh dukungan yang powerfull, bukan tuntutan dan tekanan psikologis yang ketat dan keras.
Namun ternyata, musim ini diawali Persijap dengan kekalahan yang lebih terkesan karena faktor ketidakberuntungan. Diva mengawali laga perdana dengan formasi dan komposisi pemain yang bisa dikatakan “nyaris” tidak mendapat restu lahir batin dari suporter. Hal ini membuat Evaldo cs tidak mendapat dukungan 100%, melainkan justru mendapat tuntutan dan tekanan mental untuk “wajib menang” di kandang.
Sialnya, kondisi cuaca di SGBK, saat Persijap melawan PSM di babak kedua justru berpihak pada PSM. Tiupan angin dan hujan deras yang melanda stadion mengarah pada gawang Persijap. Walhasil, Guti Riberio cs tidak bisa menyempurnakan strategi pelatih.
Sialnya lagi, di saat suporter meledakkan kekuatan emosionalnya di laga kadang kedua dengan spanduk besar bertuliskan “Kalah-Seri; Pecat!!”, kemenangan yang sudah di depan mata saat melawan Persiba justru tidak bisa diraih. Lagi-lagi ini juga karena faktor ketidakberutungan Persijap yang seharusnya mendapat 3 penalti akibat 2 handsball dan 1 pelanggaran di kotak terlarang. Hal itu juga belum dikalkulasi dengan perhitungan komposisi pemain Persijap yang tidak bisa fullteam karena The Best Persijap Player musim kemarin, Danang “Jarwo” Wihatmoko dan umpan cantik Nurul Huda tidak bisa tampil di dua laga kandang sebab cedera.
Namun “cinta buta” suporter yang mem-presure manajemen, pelatih, dan pemain ternyata tidak melihat faktor-faktor itu. Presure dan tuntutan suporter justru semakin membawa duka nestapa bagi Persijap, dimana semua elemen Persijap dari manajemen, pelatih, pemain, dan suporter terbawa dalam suasana yang tidak kondusif untuk meraih poin di laga away Persijap di Malang.
Suporter meminta Diva mundur, dan manajemen bingung. Secara overall, hal ini pasti membawa dampak psikologis pelatih dan pemain, meski dalam ungkapan verbal mereka sepakat untuk tidak terpengaruh kondisi di luar lapangan. Apalagi jika menilik kalimat-kalimat presure suporter yang menyuruh untuk mendeportasi Divaldo Alves dan Guti Riberio, hal ini tentu saja membuat dua pemain ini tidak bisa bermain sesuai soul dan goal mereka untuk mempersembahkan permainan variatif, kreatif, dan dinamis.
Emosional suporter yang menanti kemenangan adalah suatu hal yang wajar, itu karena mereka terlalu mencintai Persijap. Namun emosional yang melahirkan gagasan untuk memecat Diva dan Guti bisa jadi akan membawa blunder bagi Persijap, layaknya Peterpan yang sial karena memecat dua punggawa mereka.
Musim 2010-2011 adalah album ketiga Persijap di ISL, ini adalah pertaruhan Persijap yang membawa spirit New Soul, New Goal. Jika suporter hanya bisa menekan manajemen, menekan pelatih, dan menekan pemain, maka tinggal menunggu waktu saja bagi Persijap untuk kiamat.
Hal ini seyogyanya bisa disikapi suporter dengan mendukung lahir batin langkah Evaldo cs. Bukan dengan “menuntut” mereka untuk menang, tapi dengan “mendukung” mereka untuk meraih hasil terbaik yang maksimal. Perbedaan kata “menuntut” dengan “mendukung” cukup signifikan, karena kedua istilah ini jelas mempunyai nilai yang berbeda di psikologis pemain. Untuk itu, ikhlaskan mereka untuk bermain lepas, agar mereka tidak terbebani secara emosional. Wahai Suporter Persijap... jargon kita kali ini adalah New Soul... New Goal... Jiwa Baru.... Tujuan baru... dan ini jelas musim yang baru. Masih ada sisa waktu untuk mendukung mereka di laga away Malang, saatnya kita support dengan cara baru! kita mendukung, bukan menuntut. Salam Persijap!!!
* YAB (Yanuar Aris Budiarto) pemain keduabelas Persijap Jepara.
Kondisi Persijap saat ini hendaklah disikapi secara dewasa oleh semua kalangan, baik management, pemain maupun suporter.
BalasHapusMengacu pada ISL musim2 sblmnya , banyak tim di ISL d awal2 musim juga mengalami nasib yg tidak jauh beda dgn kondisi persijap saat ini.
Akan tetapi tim2 tersebut dpt happy ending dengan klasemen papan atas walaupun d awal2 kompetisi pencapaian tim2 itu tidak maksimal.
Pada musim2 sebelumnya Persijap d awal2 kompetisi meraih pencapaian maksimal dgn menduduki papan atas. Ironisnya hasil akhir yg di dpt malah semakin turun.
Secara pribadi saya berpendapat bahwa setidaknya management memberikan kesempatan 1-2 pertandingan kepada diva maupun akspatriat untuk beradaptasi dengan pola Liga di Indonesia dr pada pemecatan. Kerugian besar pada sisi finasial apabila pemecatan itu terjadi.
Disamping itu suporter hendaklah memberikan dukungan moral dan kepercayaan kepada pelatih maupun pemain dengan harapan mereka dapat bermain lepas tanpa suatu tekanan.
Pertempuran baru saja dimulai, jangan menilai 2 hasil itu sebagai kemunduran,,,,,,
Tapi nilai hasil itu sebagai bahan evaluasi untuk pembenahan di laga berikutnya,,,,,,
Go Persijap Jepara..................
buat mas yanuar aris budiarto....dadi pelatih ae bos,tak dukung....hidup mas yanuar...hidup
BalasHapusBal2n mbok padakke mbek band,,
BalasHapusTinggal managemen saja,,berat suporter pa berat pemain bencong+diva panggong,,nek berat suporter turuti omongannya suporter,,lha nek pemecatan personel peterpan g dari suara fansnya,,ingat managemen,,cari alasan ae,,
Tidak usah saling menyalahkan,marilah kita jadikan PERSIJAP "SEPERTI DULU"
BalasHapusSATU HATI SATU PERSIJAP SATU TUJUAN
Saling berangkulan,ngga perlu anarkis namun tetap exist
kita jaga PANJI-PANJI kebesaran PERSIJAP agar tetap KOKOH BERDIRI
INGAT !!!!!!
Kita satu-satuya wakil JAWA TENGAH
mari kita berikan BUKTI bahwa PERSIJAP BISA !!!!!!!!!!!!!
Bravo PERSIJAP !!!!!!!!!!!!!!!
Saya mendukung Persijap untuk menang..
BalasHapusTuntutan dari suporter harusnya tidak menjadi beban untuk managemen dan pemain, tapi cambuk untuk cepat berbenah.
Kita lihat club club besar yang berlaga di ISL..tuntutan dari suporter merupakan kekuatan.Demikian pula dengan Persijap.
Bravo PERSIJAP !!!!!!!!!!!!!!!
Saya setuja... mari kita sama2 mendukung Persijap.
BalasHapusBuat Management, tolong usahakan management PERSIJAP diisi oleh orang2 yg bener2 bisa memanagement PERSIJAP dong, termasuk dalam hal DANA.
BalasHapusTolong orang2 management cariin SPONSOR buat persijap biar mslh DANA tidak menjadi masalah classic yg terus2an ada dalam klub kebanggaan kita tercinta ini.
Mungkin Jepara bukanlah kota besar dimana terdapat perusahaan2 besar didalamnya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan kan klo kita dapat Mencari Sponsor Dari Luar, termasuk dari luar Jepara sehingga nantinya kita tidak hanya bergantung pada dana APBD dan hanya bergantung dari penjualan tiket sehingga permasalahan Financial Klub segera teratasi.
Tolong bentuk TIM KHUSUS dalam kubu management yg "SPECIALIS MENCARI DANA/SPONSOR" sehingga TIM tersebut lebih FOKUS dan tidak terpecah dengan tugas2 management yang lain meningat Financial Klub sangat penting peranannya dalam perjalanan klub itu sendiri.
Tolong cariin Dana buat PERSIJAP, dan yg lebih penting lagi jgn sampai menggunakan Dana untuk mencari keuntungan sendiri...!!!
Menganalogikan kok pke band kampung,gw ga knal tu band
BalasHapusGw taunya Disturbed,the Red Jumpsuit Apparatus, dan tak terlewatkan Romansa haha
Sory sob tapi yg namanya kalah ya kalah,mau dikatakan kurang beruntung atau apapun tetep Tak bisa mengubah fakta klo persijap kalah
Memang belum ada kepastian klo ganti pelatih maka persijap akan lebih baik,namun ga ada kepastian jg kan klo tetep pke diva persijap jg akan jd lebih baek
Klo saat menjalani smua pertandingan pra musim diva bisa menunjukkan permainan terbaik okelah dpet d terima alasan masih kurang padu,namun ternyata dri pra musim mpe dibukanya isl ga da perubahan signifikan apakah alasan belum padu n butuh adaptasi bisa dipakai.
Kami sebagai suporter slalu menuntut yg terbaik tu wajar sob
Disini kasusnya persijap pembiayaanya pke duit rakyat sob beda klo dah mandiri
Kmi ga mau cuman asal diam n cuman asal terima kputusan.
Suporter skrng pinter2 dan kritis2 sob,jd jngan terlalu meng underestimate sob
Semua ingin yg terbaik bwt persijap sob
SILAHKAN KLO ADA YG MAU MENYANGGAH PENDAPAT SAYA
Fhaimen j yg jadi management/maen bola sendiri j.
BalasHapusSepak bola permainan tim bung,bukan salah dari sebelah pihak.coba anda bayangkan,jika anda dalam skuad management/pengurus/pemain,APA YANG AKAN ANDA LAKUKA.
Mari kita sama2 legowo!
Yg kemarin buruk diperbaiki,tanpa mencari kambing hitam!
mas YAB, tulisan yang sangat bagus.. salut untuk Anda...
BalasHapuspancen paling enk cari kambing hitam... mbok yahooo warga jeporo podo legowo dalam krisis di tubuh persijap...sing wes koyo wingi jo di baleni... mulai seki... persijap memberikan yang terbaik... yang pantas tek main bal-balan enk di tonton suportere yo seneng.....
BalasHapusbaguss banget narasinya...
BalasHapuspebandingan dan pertentanganya,,,ssiippp...
sukses wat blog ny persijap
PERSIJAP ADALAH RAGA JEPARA,BANASPATI-JETMEN ADALAH SOUL PERSIJAP..
Chhhaaayayyoooo
Ya,
BalasHapusAyo kita dukung PERSIJAP, secara positif tentunya.
Kekalahan tentu menyakitkan.
Tapi inilah sepakbola, bung!
Evaluasi, introspeksi, mencari solusi.
Memang harga mati.
Akan lebih baik bila semua itu tanpa emosi.
Kita adalah pemain keduabelas PERSIJAP
maka itu, tetap junjung tinggi fair play dan sportifitas.
BRAVO PERSIJAP....!
NEW SOUL... NEW GOAL...