Apa Kabar Divaldo Alves?
http://www.persijap.or.id/2010/10/apa-kabar-divaldo-alves.html
APA kabar Divaldo Alves, mantan pelatih Persijap Jepara? Pelatih yang akrab disapa Diva itu berada di Lisabon, Portugal, menunggui kelahiran sang anak. Dia masih menganggur karena belum mendapatkan klub baru. Lantaran kompetisi musim ini di tanah airnya sudah bergulir, sulit baginya mencari lowongan. ’’Jika di Portugal tidak ada kesempatan, saya akan coba mencari di Timur Tengah dan Afrika,’’ ungkapnya melalui e-mail.
Sebelum menangani Laskar Kalinyamat, Diva adalah pemandu bakat Benfica. Dia gagal kembali ke klub elite Portugal tersebut lantaran kontraknya dulu diputus setelah memilih Persijap.
Era Persijap bersama pria kelahiran Lisabon itu berakhir 15 Oktober lalu. Dia harus mengubur keinginan membawa Laskar Kalinyamat mengarungi kompetisi Indonesia Super League (ISL) semusim penuh.
Ambisi membangun reputasinya di kancah sepak bola Indonesia pun tamat. Menangani Persijap merupakan karier pertamanya sebagai pelatih kepala setelah pernah menjadi asisten pelatih PSMS Medan musim 2008-2009.
Diva menjadi orang yang paling disorot oleh fans Persijap setelah dianggap gagal membawa Evaldo Silva dkk tampil menawan. Kalah 0-1 dari PSM Makassar dan imbang 1-1 dengan Persiba Balikpapan di Stadion Gelora Bumi Kartini memicu demostrasi yang menuntutnya mundur.
Jejak rekam pelatih yang baru berusia 32 tahun itu diperbincangkan banyak kalangan di Jepara. Sebagian meragukannya sebagai pelatih yang memahami karakter kompetisi sepak bola nasional.
Namun, Diva menegaskan bukan pelatih amatir. Paparannya di hadapan manajemen Persijap seakan memberi harapan baru.
Bahkan dia siap dengan target duduk di peringkat lima klasemen akhir musim ini. Semua rencana itu berantakan setelah penonaktifannya dari kursi pelatih.
Terpukul
Diva kali pertama mendarat di Indonesia pada 2007 dengan bergabung di tim pelatih PSMS. Sihar Sitorus, bos PT Togis Gopas yang mendanai PSMS yang memintanya datang.
’’Sihar membaca latar belakang saya di internet dan apa yang saya lakukan di Portugal. Lalu kami berkorespondensi, bergabunglah saya dengan PSMS,’’ jelasnya.
Dosen tamu di Jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahraga Universidade Lusofona de Humanidades e Tecnologias , Portugal, pada 2006 itu mengaku terpaksa menerima keputusan penonaktifannya. Dia amat terpukul karena mimpi membangun karier kepelatihan di Indonesia berakhir.
’’Ini soal reputasi. Jadi saya merasa setelah berakhir di Persijap, semuanya selesai di Indonesia,’’ terangnya.
’’Awalnya saya merasa begitu dekat dengan Persijap dan Jepara, tapi kini seperti begitu jauh.’’
Diva sebenarnya terkesan dengan potensi pesepak bola muda Kota Ukir. Banyak talenta belia di Indonesia yang bisa diandalkan, termasuk di Jepara.
’’Mereka anak-anak muda yang memiliki semangat dan butuh waktu. Saya berharap mereka menjadi pesepak bola hebat, ’’ ujar Diva. (65/SM)
Sebelum menangani Laskar Kalinyamat, Diva adalah pemandu bakat Benfica. Dia gagal kembali ke klub elite Portugal tersebut lantaran kontraknya dulu diputus setelah memilih Persijap.
Era Persijap bersama pria kelahiran Lisabon itu berakhir 15 Oktober lalu. Dia harus mengubur keinginan membawa Laskar Kalinyamat mengarungi kompetisi Indonesia Super League (ISL) semusim penuh.
Ambisi membangun reputasinya di kancah sepak bola Indonesia pun tamat. Menangani Persijap merupakan karier pertamanya sebagai pelatih kepala setelah pernah menjadi asisten pelatih PSMS Medan musim 2008-2009.
Diva menjadi orang yang paling disorot oleh fans Persijap setelah dianggap gagal membawa Evaldo Silva dkk tampil menawan. Kalah 0-1 dari PSM Makassar dan imbang 1-1 dengan Persiba Balikpapan di Stadion Gelora Bumi Kartini memicu demostrasi yang menuntutnya mundur.
Jejak rekam pelatih yang baru berusia 32 tahun itu diperbincangkan banyak kalangan di Jepara. Sebagian meragukannya sebagai pelatih yang memahami karakter kompetisi sepak bola nasional.
Namun, Diva menegaskan bukan pelatih amatir. Paparannya di hadapan manajemen Persijap seakan memberi harapan baru.
Bahkan dia siap dengan target duduk di peringkat lima klasemen akhir musim ini. Semua rencana itu berantakan setelah penonaktifannya dari kursi pelatih.
Terpukul
Diva kali pertama mendarat di Indonesia pada 2007 dengan bergabung di tim pelatih PSMS. Sihar Sitorus, bos PT Togis Gopas yang mendanai PSMS yang memintanya datang.
’’Sihar membaca latar belakang saya di internet dan apa yang saya lakukan di Portugal. Lalu kami berkorespondensi, bergabunglah saya dengan PSMS,’’ jelasnya.
Dosen tamu di Jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahraga Universidade Lusofona de Humanidades e Tecnologias , Portugal, pada 2006 itu mengaku terpaksa menerima keputusan penonaktifannya. Dia amat terpukul karena mimpi membangun karier kepelatihan di Indonesia berakhir.
’’Ini soal reputasi. Jadi saya merasa setelah berakhir di Persijap, semuanya selesai di Indonesia,’’ terangnya.
’’Awalnya saya merasa begitu dekat dengan Persijap dan Jepara, tapi kini seperti begitu jauh.’’
Diva sebenarnya terkesan dengan potensi pesepak bola muda Kota Ukir. Banyak talenta belia di Indonesia yang bisa diandalkan, termasuk di Jepara.
’’Mereka anak-anak muda yang memiliki semangat dan butuh waktu. Saya berharap mereka menjadi pesepak bola hebat, ’’ ujar Diva. (65/SM)
Diva adalah masa lalu kami. Kami tidak pernah menyesal dengan penon-aktivannya di Tim. Dia gagal meyakinkan kami. Kami menghargai kinerjanya selama di PERSIJAP. Tapi ini ISL bukan kompetisi Di eropa atau apapun, Kami tidak punya banyak waktu u/ menunggu,Karena ISL berjalan sangat cepat. Diva dan orang2 yang ditinggalkannya disini harus tau itu. Kami butuh kesolidan dan kualitas permainan tim yang bagus u/ mengaungi kompetisi yg sangat ketat ini.. Itu saja.
BalasHapusAdios Mr.Diva...
semoga sukses di manapun berada,Diva.
BalasHapusTerimakasih atas doanya,semoga bakat-bakat muda Persijap bisa membawa Persijap ke tangga klasmen yg lebih tinggi.
kakean cangkem goro2 kw jeporo compang camping dol!!!!
BalasHapuswesg iso ngungkit2 diva neh....
diva = masa lalu !!!
seng mosting sopo tah iki????
rak berguna!!!
biasane Y.A.B bos ndeke kan rak seneng mbek mbah imin,tenango mbah nek sing nglatih jik mbah imin aku tetap ke gbk.pemain anyar kudu sak pingine mbah imin.. ojo angger ngoceh2 dwite wong cilik.saatnya dengerin apa maune mbah imin
BalasHapusmaaf, mas sanoesi maemunah...
BalasHapussaya tdk pernah m'unggul2kan Diva... dan saya juga tidak pernah menjelek2kan BSD. sejauh ini saya selalu mendukung Persijap, siapapun pelatihnya. mohon maaf jika ada kesalahpahaman.
sekedar catatan: sebagai reporter koresponden, saya selalu memberi inisial pada tiap liputan dan naskah artikel yg saya buat. terima kasih...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuswong og pengine sing instan.penting menang saiki2, puluh menang eg g mutu ge opo.
BalasHapus