Perlahan Namun Meyakinkan
http://www.persijap.or.id/2010/11/perlahan-namun-meyakinkan.html?m=0
Menyaksikan prosesi pertandingan akhir Persijap melawan Bontang FC di Stadion Gelora Bumi Kartini (SGBK) Minggu (14/11) lalu, tentu Persijaplovers merasa cemas. Bagaimana tidak, dengan hasil 1-0 itu bertahan hingga turun minum yang pada akhirnya mampu dibalas oleh Geddy pada menit-menit menjelang akhir semakin mengobrak-abrik emosi Persijaplovers, baik yang menyaksikan langsung di SGBK maupun melalui layar kaca. Melihat gol balasan tim asuhan Fachri Husaini di menit ke-77 itu, sebagian besar penonton yang menyaksikan laga kandang terakhir Persijap di tahun 2010 ini mengira pertandingan itu akan berakhir imbang. Namun, di menit ke-85, para Persijaplovers akhirnya bisa menghela nafas, karena Danan Puspito berhasil berhasil membalik keadaan setelah mampu memanfaatkan bola rebound dari penjaga gawang Bontang FC yang menjadikan Persijap meraih angka penuh dalam laga yang dramatis itu. “Pertandingan yang dramatis dan spektakuler. Saya kira tadi akan berakhir imbang, tapi Alhamdulillah akhirnya kita bisa meraih angka penuh”, kata Adjie Darmana usai pertandingan.
Kemenangan ini adalah kemenangan tiga kali berturut-turut Persijap sekaligus mendongkrak posisi Persijap ke peringkat 10 klasemen sementara setelah beberapa pekan menempati zona degradasi. Perlahan namun meyakinkan, Persijap akhirnya mampu menembus papan tengah setelah tujuh kali bermain dengan hasil tiga kali kalah, satu kali seri, dan tiga kali menang.
Suatu hal yang sangat fenomenal bagi Persijap pada musim ini, karena di pertandingan-pertandingan awal musim, Laskar Kalinyamat bagaikan tentara tanpa senjata di medan laga. Dibawah pelatih asal Portugal, Divaldo Alves Texeira, kekalahan-kekalahan terus melanda ditambah menurunnya dukungan dari para supporter, dan desakan agar sang pelatih mundur adalah hal baru bagi Persijap dalam sejarah perjalanannya di Liga Super Indonesia. Hal itu menjadikan persoalan besar bagi kelangsungan satu-satunya wakil Jawa Tengah dalam kasta tertinggi persepakbolaan Nasional. Namun, setelah Persijap ditangani Suimin Diharja, Persijap perlahan-lahan bangkit dari keterpurukan. Semangat anak-anak Jepara dalam bermain bola mulai terlihat, demikian pula dengan karakter tim yang mengandalkan kolektivitas mulai terbentuk. Selain itu, dukungan dari para supporter sejati Persijap juga mulai ditunjukkan lagi dalam setiap pertandingan. Jikalau dulu dalam setiap pertandingan, cemoohan dan caci maki dari para supporter kerap kali terdengar, kini hal-hal itu sudah tidak terdengar lagi.
Meski musim lalu Suimin menangani Persitara Jakarta Utara dan tak mampu membawanya bertahan di Liga Super musim ini, namun pada musim ini Mbah Min (sapaan akrab dari PersijapLovers kepada Suimin –red) justru menjadi dewa penyelamat Persijap, karena ia mampu membawa tim sepak bola kota ukir kembali bangkit dan mengukir kemenangan. Ini terbukti dengan perubahan total di tubuh Persijap sejak ia menginjakkan kaki di Bumi Kartini. Dengan pola kepelatihan yang diterapkan, pengalaman Suimin dalam Liga Super dan kepiawaian Suimin meracik materi pemain Persijap, akhirnya ia berhasil mengangkat Persijap dari zona degradasi yang tentunya bukan harapan seluruh PersijapLovers.
Oase Di Tengah Gurun
Di tangan pelatih yang selalu mengenakan topi kodok setiap kali terjun ke lapangan, karakter tim Persijap pun sudah mulai terbentuk. Dengan mengandalkan kolektivitas dan hanya diperkuat dua pemain ekspatriat, Evaldo Silva dan Youn Sun Min, Suimin mampu membawa Persijap meraih poin penuh tiga kali berturut-turut. Kehadiran Mbah Min ibarat oase di tengah gurun bagi para PersjiapLovers, mengobati kekecewaan supporter dari kekalahan-kekalahan beruntun sebelumnya. Para PersijapLovers juga berharap keberhasilan ini tak hanya berhenti hanya sampai pertandingan kandang, tapi juga pertandingan tandang, bahkan hingga akhir musim kompetisi. Namun, semua itu juga tak lepas dari peran supporter sebagai pemain ke-12 yang memompa semangat para pemain dalam setiap pertandingan. (bersambung) [z@e / POS]
Kemenangan ini adalah kemenangan tiga kali berturut-turut Persijap sekaligus mendongkrak posisi Persijap ke peringkat 10 klasemen sementara setelah beberapa pekan menempati zona degradasi. Perlahan namun meyakinkan, Persijap akhirnya mampu menembus papan tengah setelah tujuh kali bermain dengan hasil tiga kali kalah, satu kali seri, dan tiga kali menang.
Suatu hal yang sangat fenomenal bagi Persijap pada musim ini, karena di pertandingan-pertandingan awal musim, Laskar Kalinyamat bagaikan tentara tanpa senjata di medan laga. Dibawah pelatih asal Portugal, Divaldo Alves Texeira, kekalahan-kekalahan terus melanda ditambah menurunnya dukungan dari para supporter, dan desakan agar sang pelatih mundur adalah hal baru bagi Persijap dalam sejarah perjalanannya di Liga Super Indonesia. Hal itu menjadikan persoalan besar bagi kelangsungan satu-satunya wakil Jawa Tengah dalam kasta tertinggi persepakbolaan Nasional. Namun, setelah Persijap ditangani Suimin Diharja, Persijap perlahan-lahan bangkit dari keterpurukan. Semangat anak-anak Jepara dalam bermain bola mulai terlihat, demikian pula dengan karakter tim yang mengandalkan kolektivitas mulai terbentuk. Selain itu, dukungan dari para supporter sejati Persijap juga mulai ditunjukkan lagi dalam setiap pertandingan. Jikalau dulu dalam setiap pertandingan, cemoohan dan caci maki dari para supporter kerap kali terdengar, kini hal-hal itu sudah tidak terdengar lagi.
Meski musim lalu Suimin menangani Persitara Jakarta Utara dan tak mampu membawanya bertahan di Liga Super musim ini, namun pada musim ini Mbah Min (sapaan akrab dari PersijapLovers kepada Suimin –red) justru menjadi dewa penyelamat Persijap, karena ia mampu membawa tim sepak bola kota ukir kembali bangkit dan mengukir kemenangan. Ini terbukti dengan perubahan total di tubuh Persijap sejak ia menginjakkan kaki di Bumi Kartini. Dengan pola kepelatihan yang diterapkan, pengalaman Suimin dalam Liga Super dan kepiawaian Suimin meracik materi pemain Persijap, akhirnya ia berhasil mengangkat Persijap dari zona degradasi yang tentunya bukan harapan seluruh PersijapLovers.
Oase Di Tengah Gurun
Di tangan pelatih yang selalu mengenakan topi kodok setiap kali terjun ke lapangan, karakter tim Persijap pun sudah mulai terbentuk. Dengan mengandalkan kolektivitas dan hanya diperkuat dua pemain ekspatriat, Evaldo Silva dan Youn Sun Min, Suimin mampu membawa Persijap meraih poin penuh tiga kali berturut-turut. Kehadiran Mbah Min ibarat oase di tengah gurun bagi para PersjiapLovers, mengobati kekecewaan supporter dari kekalahan-kekalahan beruntun sebelumnya. Para PersijapLovers juga berharap keberhasilan ini tak hanya berhenti hanya sampai pertandingan kandang, tapi juga pertandingan tandang, bahkan hingga akhir musim kompetisi. Namun, semua itu juga tak lepas dari peran supporter sebagai pemain ke-12 yang memompa semangat para pemain dalam setiap pertandingan. (bersambung) [z@e / POS]
Sebuah kerja keras luar biasa dari pelatih Suimin, bisa mendongkrak "semangat bertanding PERSIJAP " dan mengembalikan kepercayaan suporter.... Kolektivitas Team harus menjadi karakter khas PERSIJAP...Semoga Kemenangan terus ditorehkan...Sukses Buat Persijap.....
BalasHapusSemoga Para Pemain Selalu Termotivasi Semangat Suporter & pelatih & tidak membuat kesalahan2 seperti Pertandingan2 awal dl..
BalasHapusKunci Utama Persijap Semangattttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt......................................
beritane kok isine repost.... repost... repost....
BalasHapusngulang2 berita... carane ngene yo gagap informasi....
MANTEEEEEEEEPPPP MBAH IMIN,,,,,
BalasHapusLANJUT KAN......!!!!!!!!!!
lanjutkan mbah min .......
BalasHapusSetuju karo mas SUSIS 'britane wes rak anget'
BalasHapusPERTAHANKAN SAMPAI LAGA KANDANG ! ! !
BalasHapus