Suporter: Persijap Jangan Ganti Nama
http://www.persijap.or.id/2011/08/suporter-persijap-jangan-ganti-nama.html
Kalangan suporter menghendaki klub baru hasil merger antara Persijap dengan salah satu klub Liga Primer Indonesia (LPI) tetap menggunakan nama Persijap. Sebab nama itu sudah menjadi kebanggaan dan penuh sejarah yang sulit dilepaskan dari pencinta bola di Jepara.
Sebagaimana diungkapkan Ketua Umum Barisan Suporter Persijap Sejati (Banaspati) Ali Anggoro, bahwa nama Persijap diharapkan akan mampu dipertahankan meski klub di Jepara ini akan baru setelah melalui proses merger. "Kami mestinya tidak rela jika sampai Persijap diganti nama baru. Merger tidak masalah, namun nama klub kami minta tetap Persijap," tegasnya.
Ali menambahkan, dengan akan terbentuknya klub baru, diharapkan kepengurusan akan semakin profesional dalam mengelola tim sepak bola. Bagi kalangan suporter, siapa yang bakal duduk di jajaran komisaris PT, pengurus maupun manajemen tidak menjadi soal. "Yang penting mereka profesional dan amanah," imbuhnya.
Dengan adanya merger ini pula, pengelolaan sepak bola di Jepara diharapkan akan lepas dari ketergantungan dengan APBD. Dengan demikian sepak bola profesional akan benar-benar terwujud di Jepara.
Suporter, lanjut Ali, juga berharap agar pengurus maupun manajemen yang akan mengelola Persijap musim depan berani mematok target lebih baik dan serius dalam meraihnya. Sebab dengan anggaran yang cukup, tidak ada lagi alasan bahwa tim kebanggaan warga Jepara ini hanya pantas disebut tim kecil.
Beberapa musim terakhir ini, Persijap memang selalu menyebutkan dirinya sebagai tim kecil. Sebutan itu membuat para pengurus dan manajemen seolah tidak sanggup untuk bersaing dengan tim-tim lain, semisal Persija Jakarta, Arema Malang, Sriwijaya FC dan lainnya.
Kali ini, anggaran yang bakal disiapkan konsorsium LPI sebagai tim merger, tidak tanggung-tanggung. Yakni Rp 15 miliar selama semusim. Anggaran itu jelas menjadi anggaran terbesar selama Persijap menjalani kompetisi di Indonesia. Musim sebelumnya, saat tim Laskar Kalinyamat masih mengandalkan APBD, anggaran semusim hanya berkisar Rp 12 miliar.
Anggaran Rp 15 miliar yang disiapkan itu, 60 persen atau Rp 9 miliar dialokasikan untuk belanja pemain. Sisanya 40 persen atau Rp 7 miliar untuk biaya kebutuhan operasional tim.
Anggaran itu, tentu masih bisa bertambah, sebab tiket penonton dan sponsor belum dihitung. Mengacu pada musim lalu saja, pendapatan tiket penonton selama semusim mencapai Rp 2 miliar lebih. Jumlah ini dimungkinkan akan meningkat, jika musim depan prestasi Persijap jauh lebih baik dari musim lalu. (han/aji)
Sebagaimana diungkapkan Ketua Umum Barisan Suporter Persijap Sejati (Banaspati) Ali Anggoro, bahwa nama Persijap diharapkan akan mampu dipertahankan meski klub di Jepara ini akan baru setelah melalui proses merger. "Kami mestinya tidak rela jika sampai Persijap diganti nama baru. Merger tidak masalah, namun nama klub kami minta tetap Persijap," tegasnya.
Ali menambahkan, dengan akan terbentuknya klub baru, diharapkan kepengurusan akan semakin profesional dalam mengelola tim sepak bola. Bagi kalangan suporter, siapa yang bakal duduk di jajaran komisaris PT, pengurus maupun manajemen tidak menjadi soal. "Yang penting mereka profesional dan amanah," imbuhnya.
Dengan adanya merger ini pula, pengelolaan sepak bola di Jepara diharapkan akan lepas dari ketergantungan dengan APBD. Dengan demikian sepak bola profesional akan benar-benar terwujud di Jepara.
Suporter, lanjut Ali, juga berharap agar pengurus maupun manajemen yang akan mengelola Persijap musim depan berani mematok target lebih baik dan serius dalam meraihnya. Sebab dengan anggaran yang cukup, tidak ada lagi alasan bahwa tim kebanggaan warga Jepara ini hanya pantas disebut tim kecil.
Beberapa musim terakhir ini, Persijap memang selalu menyebutkan dirinya sebagai tim kecil. Sebutan itu membuat para pengurus dan manajemen seolah tidak sanggup untuk bersaing dengan tim-tim lain, semisal Persija Jakarta, Arema Malang, Sriwijaya FC dan lainnya.
Kali ini, anggaran yang bakal disiapkan konsorsium LPI sebagai tim merger, tidak tanggung-tanggung. Yakni Rp 15 miliar selama semusim. Anggaran itu jelas menjadi anggaran terbesar selama Persijap menjalani kompetisi di Indonesia. Musim sebelumnya, saat tim Laskar Kalinyamat masih mengandalkan APBD, anggaran semusim hanya berkisar Rp 12 miliar.
Anggaran Rp 15 miliar yang disiapkan itu, 60 persen atau Rp 9 miliar dialokasikan untuk belanja pemain. Sisanya 40 persen atau Rp 7 miliar untuk biaya kebutuhan operasional tim.
Anggaran itu, tentu masih bisa bertambah, sebab tiket penonton dan sponsor belum dihitung. Mengacu pada musim lalu saja, pendapatan tiket penonton selama semusim mencapai Rp 2 miliar lebih. Jumlah ini dimungkinkan akan meningkat, jika musim depan prestasi Persijap jauh lebih baik dari musim lalu. (han/aji)